C&R TV, Jakarta – Bulan Muharam yang menandai permulaan tahun baru dalam kalender hijriah memiliki posisi istimewa dalam ajaran Islam. Dikenal sebagai salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT, Muharam bukan hanya awal tahun, tetapi juga waktu terbaik untuk mendulang pahala dan mengenang peristiwa penting yang dialami para nabi.
Sebagai bulan pembuka dalam kalender Islam, Muharam dipilih berdasarkan kesepakatan para sahabat Nabi, khususnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Momen ini ditetapkan karena berkaitan erat dengan semangat hijrah Nabi Muhammad ﷺ dan peristiwa-peristiwa monumental lainnya.
Allah SWT menegaskan dalam surah At-Taubah ayat 36 bahwa terdapat empat bulan suci dalam setahun, dan Muharam termasuk di antaranya. Dalam bulan ini, pahala ibadah dilipatgandakan dan dosa dari maksiat juga lebih besar timbangannya. Hal ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk memperbanyak amal saleh serta menghindari kemungkaran.
Dari sisi terminologi, Muharam dikenal pula sebagai Syahrullah atau “bulan Allah”. Penyandaran nama bulan ini kepada Allah menunjukkan kemuliaan yang tidak dimiliki bulan lainnya. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ menyebut Muharam sebagai bulan terbaik untuk berpuasa setelah Ramadan.
“Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharam.” (HR. Muslim)
Peristiwa Agung dan Ibadah di Hari Asyura
Bulan Muharam juga menjadi saksi atas sejumlah peristiwa besar yang dialami para nabi. Pada tanggal 10 Muharam atau yang dikenal sebagai Hari Asyura, berbagai mukjizat tercatat dalam sejarah Islam: Nabi Musa AS diselamatkan dari kejaran Fir’aun, kapal Nabi Nuh AS berlabuh, dan Nabi Ibrahim AS diselamatkan dari kobaran api.
Hari Asyura sangat dianjurkan untuk berpuasa, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim bahwa puasa pada hari itu dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Disunnahkan pula untuk melengkapinya dengan puasa pada 9 atau 11 Muharam agar berbeda dengan praktik kaum Yahudi.