C&R TV, Jakarta – DJ Panda akhirnya buka suara soal tuduhan mengancam Erika Carlina terkait kehamilan yang sedang dialaminya. Lewat video klarifikasi di akun Instagram resminya, DJ Panda mengakui bahwa dirinya pernah melontarkan kata-kata kasar dan menyakitkan yang ditujukan pada Erika. Ia menyebut semua itu terjadi karena dorongan emosi yang tak terkendali.
Pengakuan ini sekaligus membenarkan pernyataan Erika di podcast Deddy Corbuzier, yang sempat menyebut adanya ancaman terhadap dirinya setelah memutuskan bicara jujur soal kehamilan. DJ Panda pun tak menampik, sembari menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
Emosi Meledak, DJ Panda Akui Khilaf
Dalam klarifikasinya, DJ Panda menegaskan bahwa ia berada dalam kondisi mental yang tertekan saat kejadian itu berlangsung. Ia mengaku emosi memuncak, dan dalam kekhilafan, sempat mengucapkan hal-hal yang bisa melukai hati Erika maupun pihak lain.
“Apabila ada kata-kata saya yang menyakiti hati saudara, menyinggung saudara, maupun menyakiti saudara, saya minta maaf sebesar-besarnya,” ujarnya dengan nada rendah hati.
Meski begitu, DJ Panda juga menyatakan bahwa ia bukan satu-satunya pihak yang merasa tertekan. Ia mengaku juga menerima ancaman dari pihak lain, meskipun tidak merinci siapa pelaku atau bentuk ancaman yang dimaksud.
Tegaskan Tak Tahu Soal Grup 19 Orang
Menanggapi isu soal keterlibatan kelompok tertentu dalam konflik ini, DJ Panda membantah mengetahui detailnya. Ia mengaku tidak tahu menahu tentang grup 19 orang yang sempat disebut Erika Carlina dalam podcast tersebut.
“Saya sebenarnya tidak tahu menahu tentang grup 19 orang tersebut,” ucapnya.
DJ Panda menutup klarifikasinya dengan menyampaikan penyesalan atas semua kekacauan yang terjadi. Ia berharap apa yang disampaikannya bisa meluruskan kesalahpahaman yang beredar di tengah publik, sekaligus meredam reaksi negatif yang terus mengarah padanya.
Pengakuan DJ Panda ini menjadi babak baru dalam polemik kehamilan Erika Carlina. Publik kini menanti, apakah klarifikasi ini bisa meredakan suasana, atau justru membuka konflik yang lebih luas.