C&R TV, Jakarta – Presenter Feni Rose ikut angkat suara soal kehebohan video Ahmad Dhani yang menyudutkan Maia Estianty lewat kompilasi lama berisi cuplikan wawancara sang mantan istri. Lewat acara Rumpi No Secret, Feni menyebut cara berpikir Dhani unik—karena yang dibully netizen, tapi yang diserang malah Maia.
Menurut Feni, isi video yang diposting Dhani sebenarnya adalah materi lama dari tahun 2006 hingga 2008. Video tersebut memperlihatkan Maia berbicara soal masa lalunya dengan Dhani dan Mulan Jameela, dan diunggah ulang oleh Dhani sebagai bentuk pembelaan terhadap anak-anaknya—Shafeea dan Ali.
“Awalnya aku ngerti, karena dia merasa anak-anaknya jadi sasaran bully netizen setelah pernikahan Al. Tapi kontennya tuh udah lama banget, dari 2006–2008,” ujar Feni, dikutip dari potongan video TikTok yang tayang Jumat, 4 Juli 2025.
Menurut Feni, Shafeea dan Ali memang jadi target komentar negatif netizen usai Al Ghazali menikah dengan Alyssa Daguise. “Banyak banget hujatan yang ditujukan ke Shafeea, parah banget di Instagram,” ungkapnya sambil geleng-geleng.
Tak hanya anak-anak, beberapa artis yang terlihat hadir di acara pernikahan Al juga ikut kena imbas. Salah satunya adalah Meisya Siregar yang sempat mengunggah video bareng Mulan Jameela, istri Dhani. “Komentarnya buruk semua. Meisya sampai harus nge-block banyak akun karena isi komentarnya kasar,” tutur Feni.
Namun begitu, Feni menganggap langkah Dhani yang menyerang Maia sebagai bentuk pembelaan adalah tindakan keliru. Ia menyayangkan kenapa kemarahan Dhani tidak diarahkan pada netizen yang jadi pelaku utama.
“Kalau emang alasannya untuk bela anak-anaknya, ya baik sih. Tapi kenapa yang dimarahin Maia? Harusnya netizen dong. Gitu gak sih?” ujarnya, mempertanyakan logika dibalik tindakan Dhani.
Feni pun tak segan menyebut logika sang musisi nyentrik itu agak di luar nalar. “Kalau menurut aku sih, logikanya agak unik ya memang bapak yang satu itu ya,” sindirnya lugas.
Reaksi Feni ini pun langsung viral di media sosial, dengan banyak netizen menyetujui pendapatnya bahwa urusan masa lalu seharusnya tidak digunakan sebagai senjata, apalagi untuk menyerang orang yang tak bersalah dalam situasi saat ini.