Israel Hantam Sekolah di Gaza dengan 907 Kg Bom, Puluhan Warga Tewas dan Terluka

Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel di tenda kamp pengungsi di Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah [Ramadan Abed/Reuters]
Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel di tenda kamp pengungsi di Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah [Ramadan Abed/Reuters]

C&R TV – Pada hari Sabtu yang kelam di Distrik Daraj, Gaza, Israel melancarkan serangan udara yang menghancurkan sekolah al-Tabin, sebuah tempat perlindungan bagi ratusan warga Palestina yang mencari keselamatan dari konflik yang terus berkecamuk.

Serangan ini menghantam musala di dalam sekolah, tempat sekitar 250 orang sedang melaksanakan salat. Hasilnya, 100 orang tewas dan puluhan lainnya, termasuk anak-anak dan wanita, terluka parah.

Bacaan Lainnya

Serangan tersebut dilaporkan dilakukan menggunakan tiga bom seberat masing-masing 2000 pon (sekitar 907 kilogram). Bom ini tidak hanya menghancurkan musala, tetapi juga merusak ruang kelas di sekitar sekolah.

Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Al Tawabta, mengungkapkan, “Israel menyadari bahwa ada orang-orang terlantar di dalam sekolah tersebut saat serangan dilakukan.” Pernyataan ini menunjukkan adanya dugaan bahwa serangan tersebut memang ditargetkan dengan sadar kepada para pengungsi Palestina.

Serangan brutal ini mendapat kecaman keras dari Gerakan Pembebasan Nasional Palestina, Fatah. Perwakilan Fatah menyebut tindakan Israel sebagai “pembantaian berdarah yang kejam,” dan menuduh Israel sengaja menargetkan warga Palestina yang mengungsi di dalam sekolah.

Fatah juga mendesak komunitas internasional untuk segera bertindak menghentikan agresi Israel di Gaza. “Ini bukan pertama kalinya Israel menargetkan sekolah-sekolah di Gaza,” tambah perwakilan Fatah.

Kejadian ini menambah daftar panjang kekerasan yang terus melanda Gaza, di mana fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah sering kali menjadi sasaran serangan militer. Situasi ini menciptakan urgensi bagi komunitas internasional untuk menuntut pertanggungjawaban dan menghentikan siklus kekerasan yang tak berkesudahan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *