Untuk itu, ia mendorong masyarakat agar tidak hanya mengandalkan metode pencegahan konvensional, tetapi juga mulai mempertimbangkan vaksinasi sebagai langkah perlindungan yang lebih efektif. “Vaksin dengue kini tersedia dan dapat diakses mandiri oleh masyarakat. Namun, vaksinasi harus dilakukan lengkap sesuai dosis yang dianjurkan agar perlindungan optimal,” tambahnya.
Upaya Nasional Cegah DBD dan Target Nol Kematian
Senada dengan Edi, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat, dr. Anggraini Alam, menegaskan bahwa dengue bukan penyakit ringan yang bisa dianggap sepele. Menurutnya, virus dengue memiliki empat serotipe, sehingga seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali. “Infeksi kedua justru bisa jauh lebih berat dibanding yang pertama,” ujarnya.
Anggraini juga menyoroti pentingnya implementasi strategi nasional penanggulangan dengue (Stranas Dengue). Strategi ini menitikberatkan pada pengendalian vektor melalui gerakan 3M Plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang) serta program 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J) untuk deteksi dini jentik nyamuk.
Selain itu, ia mendorong penguatan sistem imun masyarakat melalui vaksinasi sebagai upaya intervensi jangka panjang. “Target global ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030’ adalah cita-cita bersama yang juga diadopsi oleh Indonesia. Untuk mencapainya, kita harus konsisten dan serius dalam upaya pengendalian,” tegasnya.
Sementara itu, data regional menunjukkan bahwa peningkatan kasus dengue tidak hanya terjadi di Indonesia. Berdasarkan laporan hingga minggu ke-34 tahun 2023, kawasan Asia mencatat 340.383 kasus dengue dengan 884 kematian. Indonesia disebut sebagai negara dengan kontribusi kasus tertinggi di antara negara-negara Asia lainnya.
Pemerintah diharapkan segera meningkatkan kesadaran publik, memperkuat sarana deteksi dini, serta memperluas akses terhadap vaksin dengue guna mengurangi risiko penularan dan angka kematian. Kesadaran kolektif masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi siklus tahunan penyakit ini.