Korea Utara kembali memamerkan kemampuan persenjataannya dengan menampilkan peluncuran terbaru misil balistik antar-benua (ICBM) yang digambarkan sebagai bentuk kekuatan nasional. Namun, para pakar luar negeri menilai bahwa ukuran misil tersebut bisa menjadi kendala dalam situasi perang nyata.
Dalam siaran tersebut, pemerintah Korea Utara memperlihatkan uji coba ICBM yang dilaporkan sebagai bentuk tekad kuat dari para ilmuwan pertahanan dan pasukan misil strategis negara itu. Sebuah narasi dalam bahasa Korea menyebutkan bahwa “kekuatan ini mampu menakuti musuh terbesar” dan mengklaim kekuatan tersebut sebagai “kekuatan besar untuk mengalahkan dan menekan semua kejahatan di dunia.” Pihak Korea Utara menggambarkan misil ini sebagai simbol komitmen negara dalam memperkuat kekuatan nuklir untuk mempertahankan perdamaian.
Penyiar juga menekankan bahwa senjata tersebut adalah bagian dari “tempat penyimpanan revolusioner” yang dianggap sebagai simbol ketangguhan yang tak terkalahkan. Pasukan misil strategis Korea Utara disebut-sebut akan “terus berjuang dengan penuh semangat dalam perang suci untuk memperkuat kesiapan negara dalam menanggapi ancaman nuklir.”
Di sisi lain, para analis mempertanyakan efektivitas ICBM yang ditampilkan dalam pertunjukan ini. Beberapa pakar luar negeri mencatat bahwa ukuran misil tersebut mungkin menjadi hambatan, terutama dalam situasi pertempuran yang nyata. Mereka menyatakan bahwa misil yang terlalu besar bisa lebih sulit untuk ditempatkan dan diluncurkan secara cepat, membuatnya kurang praktis sebagai senjata perang.
Demonstrasi ini menunjukkan kembali ambisi Korea Utara untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya dan mengirim pesan kekuatan kepada dunia internasional, di tengah kritik dan sanksi yang masih berlanjut terhadap program nuklir negara tersebut.