C&R TV New York – Dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke-79, Presiden Mahmud Abbas dari Negara Palestina mengungkapkan kecaman keras terhadap apa yang ia sebut sebagai genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina. Pidato ini disampaikan di hadapan para delegasi internasional dan pejabat tinggi PBB, termasuk Presiden Majelis Umum PBB, serta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
“Palestina adalah tanah air kami, tanah nenek moyang kami, dan akan tetap menjadi milik kami,” tegas Abbas di awal pidatonya. Ia menekankan bahwa Israel, sebagai negara yang menjajah, adalah pihak yang seharusnya meninggalkan tanah tersebut.
Presiden Abbas mengklaim bahwa selama hampir satu tahun, rakyat Palestina telah mengalami apa yang disebutnya sebagai “salah satu kejahatan paling kejam dalam era ini,” yaitu genosida yang menyebabkan lebih dari 40.000 kematian di Gaza. “Lebih dari 15.000 anak-anak dan sejumlah wanita serta orang tua telah terbunuh. Siapa yang membunuh mereka?” tanyanya retoris, meminta pertanggungjawaban atas kehilangan nyawa yang tragis.
Lebih lanjut, ia menyoroti dampak luas dari konflik tersebut, termasuk penghancuran total lebih dari 100 keluarga yang telah dihapus dari catatan sipil. “Hampir dua juta orang Palestina di Gaza telah meninggalkan rumah mereka berulang kali mencari keselamatan,” jelasnya, menekankan kesulitan yang dihadapi rakyatnya dalam mencari tempat aman di tengah agresi yang terus berlangsung.
Abbas juga mengkritik pernyataan Perdana Menteri Israel yang menegaskan bahwa pasukan Israel tidak membunuh warga sipil. “Saya meminta Anda untuk menghentikan kejahatan ini sekarang juga. Hentikan pembunuhan anak-anak dan wanita,” tegasnya, sambil menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak lagi mengirimkan senjata kepada Israel.
Lebih jauh, ia mengungkapkan keprihatinan mengenai kegiatan pemukiman yang terus berkembang di Tepi Barat. “Tepi Barat sedang mengalami agresi harian dan aktivitas pemukiman yang ganas, di mana seluruh Palestina seolah-olah adalah milik mereka,” ungkap Abbas. Ia juga mengingatkan bahwa Al-Quds, atau Yerusalem, sedang menghadapi serangan untuk mengubah sifat dan status hukum kota tersebut.
Abbas menyerukan agar masyarakat internasional segera menghentikan perang dan mengakhiri pendudukan. “Kami menginginkan solusi dua negara berdasarkan resolusi internasional,” tegasnya, menegaskan pentingnya negosiasi untuk mencapai perdamaian yang abadi.
Selain itu, Presiden Abbas mengajukan rencana untuk masa depan Palestina setelah konflik berakhir. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata yang komprehensif, pengiriman bantuan kemanusiaan, dan penarikan penuh Israel dari Gaza. “Kami menolak pembentukan zona penyangga di Gaza. Gaza adalah milik kami,” katanya dengan tegas.
Abbas menutup pidatonya dengan harapan akan dukungan internasional yang lebih besar untuk mengakhiri pendudukan Israel dan memastikan hak-hak rakyat Palestina. “Palestina akan merdeka, dan kami akan terus berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan kami,” pungkasnya dengan optimisme yang kuat.