Menurutnya, pembongkaran lapak yang dilakukan sebelumnya bahkan sempat dijadikan konten di media sosial oleh pejabat setempat, namun tidak dibarengi dengan tanggung jawab nyata kepada para pedagang.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari aksi ini, perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dikabarkan telah meminta para pedagang mengirimkan delegasi ke Gedung Sate, Bandung. Sekitar 100 orang dari Paguyuban Pedagang akan diberangkatkan untuk menyampaikan aspirasi mereka langsung kepada Gubernur Dedi Mulyadi.
Dalam orasi yang berlangsung emosional, sejumlah pedagang menyampaikan keluh kesah mereka menggunakan bahasa Sunda. Salah satu ibu menyampaikan dengan lantang:
“Kami rakyat kecil, jangan ditindas. Kami hanya ingin mencari nafkah dari jualan nanas, bukan yang lain,” ujarnya sambil menahan tangis.
Pedagang lainnya mengingatkan bahwa banyak di antara mereka adalah warga asli Subang yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah dan provinsi.
“Orang Subang punya Bupati, punya Gubernur. Jangan bikin kami nganggur!” teriak salah satu orator di tengah kerumunan.
Para pedagang juga menolak jika hanya diwakili dalam pertemuan dengan pejabat tinggi. Mereka ingin berbicara langsung kepada pihak yang dianggap bertanggung jawab.
“Kami ingin bicara langsung, tidak hanya lewat perwakilan,” ujar seorang pedagang pria yang mengenakan ikat kepala khas Sunda.
Aksi unjuk rasa ini menjadi simbol perlawanan pedagang kecil yang mendambakan kejelasan nasib dan keadilan. Mereka berharap janji-janji manis pemerintah tidak hanya menjadi narasi kosong, tapi benar-benar diwujudkan demi keberlangsungan hidup mereka.