C&R TV, Jakarta – Banyak penggemar musik di Indonesia kecewa karena sejumlah artis dunia enggan mampir ke Tanah Air dalam tur konsernya. Nama-nama besar seperti Taylor Swift dan Coldplay lebih memilih negara tetangga seperti Singapura. Apa sebenarnya alasan di balik sikap “malas” para artis ini?
Salah satu pemicu utamanya ternyata adalah masalah perizinan dan pungutan liar alias pungli. Hal ini diungkapkan langsung oleh CEO Kearney Indonesia, Shirley Santoso, yang menyebut bahwa biaya tak terlihat menjadi kendala besar bagi promotor dan manajemen artis internasional.
Perizinan Ribet dan Biaya Tambahan Bikin Ilfeel
Menurut Shirley, faktor biaya bisnis di Indonesia tidak hanya soal nominal, tapi juga soal kemudahan proses. Di Singapura, biaya yang dibayarkan sudah pasti dan transparan. Sementara di Jakarta, ada banyak perizinan yang harus diurus dari berbagai pihak, termasuk kepolisian dan instansi lokal.
“Di sini banyak sekali perizinannya, jadi lebih lama prosesnya, dan banyak tambahan biaya tak terlihat,” ujar Shirley dalam pernyataannya, Selasa (15/7/2025).
Kondisi ini membuat Indonesia dianggap kurang menarik dari segi efisiensi dan kepraktisan, dibandingkan negara-negara tetangga yang lebih ramah terhadap penyelenggara konser.
Transportasi dan Infrastruktur Jadi Tantangan Tambahan
Tak cuma soal perizinan, infrastruktur juga jadi pertimbangan penting. Shirley mencontohkan, setelah konser Taylor Swift di Singapura, penonton bisa keluar dari stadion hanya dalam waktu 30 menit.
Bandingkan dengan Jakarta, di mana akses parkir jauh dan arus keluar masuk stadion seperti JIS atau Senayan masih jauh dari kata ideal. Kemacetan dan minimnya moda transportasi publik membuat pengalaman nonton konser kurang nyaman.
“Flow transportasi juga sangat penting, orang perlu merasa mudah untuk datang dan pulang,” ungkap Shirley.
Belajar dari Negara Tetangga, Bisakah Indonesia Berbenah?
Singapura bahkan bisa menggelar konser Coldplay selama enam hari berturut-turut, sementara Indonesia hanya kebagian satu hari. Kondisi ini membuat promotor dan manajemen artis berpikir dua kali untuk memasukkan Indonesia ke dalam daftar tur.
Indonesia punya basis penggemar besar dan antusias, tapi jika faktor teknis tak dibenahi, potensi besar itu bisa terus terlewatkan.
Dengan makin ketatnya persaingan antarnegara dalam industri hiburan dan event, Indonesia perlu segera berbenah. Mulai dari regulasi yang lebih simpel, transparansi biaya, hingga perbaikan infrastruktur—semuanya jadi kunci agar tak terus ditinggalkan artis-artis dunia.
