Tren Jogging Mewabah: Mengapa Bisa Menular? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Warga Jogging Pagi Hari Di Taman Kota, Tren Olahraga Yang Makin Populer Di Berbagai Kalangan

C&R TV, Jakarta – Jogging kini bukan sekadar aktivitas olahraga, tapi sudah menjadi fenomena sosial yang merasuk ke berbagai kalangan. Dari pelajar hingga pekerja, dari warga biasa hingga selebritas, semuanya ramai-ramai turun ke jalan atau taman demi satu hal: berlari santai. Tapi mengapa kebiasaan ini bisa menyebar begitu cepat dan masif?

Jika dilihat dari teori psikologi sosial, salah satunya Social Cognitive Theory (SCT) yang dikembangkan Albert Bandura, perilaku manusia terbentuk dari interaksi antara faktor personal, perilaku, dan lingkungan. Dalam konteks tren jogging, ketiganya bekerja saling memengaruhi dan memperkuat.

Bacaan Lainnya

Secara personal, banyak orang sudah sadar bahwa olahraga, termasuk jogging, punya dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental. Pengetahuan dan motivasi ini menjadi pondasi. Ketika seseorang mencoba jogging dan merasakan manfaatnya, mereka perlahan membentuk keterampilan — dari teknik pernapasan hingga pola pemanasan.

Lalu, masuklah faktor lingkungan. Inilah pemicu utama dari meledaknya tren jogging belakangan ini. Lingkungan di sini bukan cuma taman kota atau jalur lari, tetapi juga media sosial. Ketika seseorang melihat temannya rutin jogging dan mengunggah aktivitas itu, muncul dorongan untuk ikut. Ini disebut efek domino sosial, di mana satu kebiasaan kecil bisa menjalar ke banyak orang lewat interaksi sosial langsung maupun virtual.

Jogging Tak Sekadar Tren Sesaat

Banyak yang mengira jogging hanya tren sementara. Namun, bila ditelusuri lebih dalam, ini adalah contoh bagaimana budaya sehat bisa terbentuk. Orang yang tadinya hanya ingin “ikut-ikutan” akhirnya jadi rutin lari tiap pagi. Bahkan, mereka bisa menjadi pemicu bagi lingkaran sosial lainnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *