Ancaman Brain Rot Meningkat, Indonesia Siap Ikuti Jejak Dunia?

Anak Anak Bermain Congklak Di Kampung Lali Gadget Sebagai Upaya Mengurangi Kecanduan Gawai Dan Paparan Brain Rot

Solusi Jangka Panjang: Edukasi dan Ruang Alternatif

Okki Sutanto, seorang penulis dan pengamat sosial, menekankan pentingnya menyediakan ruang publik dan kegiatan alternatif seperti taman bacaan atau perpustakaan. Menurutnya, detoks digital mingguan dan pengurangan asupan media sosial secara sadar bisa membantu menjaga kesehatan mental.

Baca Juga

Ia menambahkan bahwa peran pemimpin dan tokoh publik sangat krusial. “Kalau pejabat saja sibuk bikin konten dan berlomba di media sosial, bagaimana publik bisa belajar menggunakan teknologi secara bijak?” katanya.

Beberapa sekolah di Polandia bahkan sudah mengajarkan siswanya mengenai cara kerja algoritma, literasi media, hingga pentingnya menjaga jejak digital. Pendekatan ini diyakini sebagai cara membangun generasi muda yang kritis terhadap konten digital dan tidak mudah terpengaruh.

Kesadaran kolektif menjadi kunci. Literasi digital bukan cuma soal bisa menggunakan teknologi, tapi soal mampu memilih, menyaring, dan menunda konten yang tidak produktif. Maka, tanggung jawab mengatasi brain rot bukan hanya di pundak pemerintah, tetapi harus melibatkan sekolah, komunitas, hingga keluarga.

Brain rot bukan sekadar wacana. Ia hadir dalam keseharian kita dan bisa diam-diam menggerus masa depan. Jika Indonesia ingin memutus rantai ini, waktunya bergerak dari sekadar wacana menjadi aksi nyata.

Yuk, update terus kabar viral dan breaking news bareng Cek&Ricek TV! Langsung subscribe channel YouTube kami di: https://www.youtube.com/@ceknricektv. Jangan lupa aktifkan lonceng notifikasinya biar nggak ketinggalan video terbaru!

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *