JIUQUAN, China – Sebuah pesawat luar angkasa China, Shenzhou-19, berhasil mengantarkan tiga astronaut baru ke stasiun luar angkasa Tiangong pada Selasa (29/10).
Peluncuran ini menunjukkan komitmen China dalam memperluas eksplorasi luar angkasa, bersaing dengan Amerika Serikat dan negara lainnya, meskipun China juga membuka pintu untuk kerja sama dengan negara-negara lain.
Dalam misi ini, tiga astronaut, yang terdiri dari dua pria dan satu wanita, akan menggantikan kru sebelumnya yang telah berada di stasiun selama enam bulan untuk melakukan serangkaian eksperimen ilmiah serta perawatan stasiun. Kru baru dipimpin oleh komandan Cai Xuzhe, yang sebelumnya ikut serta dalam misi Shenzhou-14 pada 2022.
Dua anggota lainnya, Song Lingdong dan Wang Haoze, adalah astronaut baru yang lahir pada dekade 1990-an dan merupakan hasil dari gelombang ketiga rekrutmen astronaut China.
Song sebelumnya merupakan pilot angkatan udara, sedangkan Wang adalah seorang insinyur di China Aerospace Science and Technology Corporation dan akan bertugas sebagai spesialis muatan.
“Pesawat luar angkasa Shenzhou-19 yang membawa ketiganya lepas landas dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di barat laut China pada pukul 4:27 pagi waktu setempat, dengan roket Long March-2F yang merupakan tulang punggung misi antariksa berawak China,” demikian dilaporkan China Central Television (CCTV) pada Selasa pagi. “Kondisi kru dalam keadaan baik, dan peluncuran telah berhasil,” tambahnya.
Misi baru ini akan berlangsung hingga April atau Mei 2025, dengan kru yang dijadwalkan melakukan beberapa kegiatan termasuk aktivitas luar kendaraan atau spacewalk untuk memasang peralatan baru sebagai perlindungan dari serpihan antariksa.
Beberapa serpihan ini dihasilkan dari eksperimen China sendiri, seperti ketika negara ini menghancurkan satelit cuaca yang sudah tidak aktif pada 2007. Kejadian ini serta tabrakan satelit Amerika dan Rusia pada 2009 dilaporkan menambah jumlah besar serpihan di orbit Bumi.
Kepala Program Luar Angkasa China menyebutkan langkah-langkah telah diambil untuk memastikan keamanan kru jika sewaktu-waktu diperlukan kepulangan darurat ke Bumi. Sejak meluncurkan misi berawak pertamanya pada 2003, China kini menjadi negara ketiga setelah Uni Soviet dan Amerika Serikat yang mampu meluncurkan misi berawak sendiri ke luar angkasa, dan program luar angkasanya menjadi simbol kebanggaan nasional.
Tiangong sendiri dibangun setelah China dikecualikan dari proyek Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) karena kekhawatiran Amerika Serikat terkait pengaruh militer Partai Komunis China. Pengaruh militer ini menjadi alasan di balik kemandirian China dalam membangun stasiun luar angkasanya sendiri.
Selain Tiangong, China terus mengembangkan ambisinya dengan program eksplorasi Mars dan misi pendaratan di Bulan. China berencana mengirimkan manusia ke Bulan sebelum tahun 2030, yang akan menjadikannya negara kedua setelah Amerika Serikat yang berhasil melakukannya.
China juga telah mencatat prestasi lain dengan menempatkan rover di sisi jauh Bulan yang belum banyak dieksplorasi. Di sisi lain, Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin dalam eksplorasi luar angkasa dan menargetkan pendaratan astronaut kembali di Bulan pada 2026 setelah lebih dari 50 tahun.
“Ini adalah pencapaian luar biasa bagi China,” kata Cai Xuzhe, komandan misi baru ini, dalam wawancara. “Kami siap untuk melanjutkan berbagai eksperimen dan perawatan di Tiangong sebagai bagian dari kemajuan luar angkasa negara kami.”