Konflik Israel-Hezbollah Memanas, Hampir 700 Orang Tewas dalam Serangan Udara di Lebanon

Konflik Israel-Hezbollah Memanas, Hampir 700 Orang Tewas dalam Serangan Udara di Lebanon
Konflik Israel-Hezbollah Memanas, Hampir 700 Orang Tewas dalam Serangan Udara di Lebanon

C&R TV Beirut – Situasi di Lebanon semakin kritis setelah serangan udara Israel yang menargetkan kapasitas militer Hezbollah menewaskan hampir 700 orang dalam sepekan terakhir. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Lebanon, korban tewas akibat serangan tersebut telah mencapai 696 orang sejak Senin lalu. Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi besar-besaran oleh Israel di tengah konflik yang terus memanas antara kedua belah pihak.

Pada hari Kamis 26 September 2024, serangan udara di bagian timur Lebanon menewaskan 20 orang, sebagian besar di antaranya adalah migran asal Suriah, berdasarkan keterangan pejabat kesehatan setempat. Di hari yang sama, dua orang dilaporkan tewas dan 15 lainnya terluka setelah sebuah bangunan apartemen di wilayah selatan Beirut terkena serangan udara Israel. Militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan dan menewaskan komandan drone Hezbollah, Mohammed Hussein Surour.

Bacaan Lainnya

Menurut Unit Manajemen Risiko Bencana Lebanon, sebanyak 60 orang tewas dan 81 lainnya terluka dalam kurun waktu 24 jam terakhir akibat serangan Israel. Sejak awal pekan ini, korban tewas di Lebanon akibat serangan tersebut mencapai 696 orang. Total lebih dari 1.540 orang telah tewas di Lebanon sejak dimulainya konflik antara Hezbollah dan Israel pada Oktober tahun lalu.

Setelah ledakan di Beirut, serangan balasan dari Lebanon pun terjadi. Puluhan roket ditembakkan ke wilayah utara Israel, termasuk ke kota Safed. Salah satu roket dilaporkan menghantam sebuah jalan di kota terdekat. Militer Israel menyebutkan bahwa 175 proyektil ditembakkan dari Lebanon pada hari Kamis, sebagian besar berhasil diintersep atau jatuh di daerah terbuka. Beberapa di antaranya menyebabkan kebakaran liar di wilayah tersebut.

Eskalasi serangan ini terjadi setelah Kepala Militer Israel pada Rabu menyatakan bahwa negaranya sedang mempersiapkan kemungkinan operasi darat di Lebanon. Hezbollah meluncurkan puluhan roket ke arah Israel sebagai tanggapan atas serangan udara yang semakin intensif. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan pada Kamis bahwa negaranya akan terus menghantam Hezbollah dengan kekuatan penuh dan tidak akan berhenti hingga tujuan militernya tercapai.

Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan potensi perang besar-besaran, Amerika Serikat, Prancis, dan sekutu lainnya bersama-sama menyerukan gencatan senjata selama 21 hari untuk memungkinkan negosiasi berlangsung. Namun, seruan tersebut belum menghasilkan penghentian kekerasan di lapangan. Ketegangan antara Israel dan Hezbollah semakin meningkat setelah 11 bulan serangan balasan di perbatasan.

Badan Migrasi Internasional memperkirakan lebih dari 200.000 orang telah mengungsi di Lebanon sejak Hezbollah mulai menembakkan roket ke wilayah utara Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas setelah kelompok tersebut melakukan serangan ke Israel. Angka ini termasuk lebih dari 100.000 orang yang sudah mengungsi sebelum eskalasi minggu ini. Badan Keamanan Umum Lebanon melaporkan bahwa lebih dari 31.000 orang telah melintasi perbatasan dari Lebanon ke Suriah dalam dua hari terakhir, akibat meningkatnya intensitas serangan.

Konflik yang terus berlanjut ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak kemanusiaan yang semakin parah serta potensi meluasnya perang di kawasan tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *