C&R TV – Pada hari-hari menjelang konser Taylor Swift di Wina, Austria, berita mengguncangkan dunia hiburan dan keamanan internasional. Otoritas Austria berhasil menggagalkan sebuah rencana teror yang mengancam akan mengubah konser menjadi tragedi.
Kebatalan tiga konser Taylor Swift di Stadion Ernst Happel, yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat, berdampak signifikan terhadap para penggemar. Diperkirakan sebanyak 195.000 penggemar telah membeli tiket dan melakukan perjalanan dari seluruh dunia untuk menyaksikan penampilan langsung sang bintang pop.
Banyak dari mereka, seperti yang diungkapkan oleh pengunjung yang datang dari New York, merasa sangat kecewa tetapi juga bersyukur karena ancaman tersebut digagalkan sebelum terwujud. Meskipun mereka mengalami kerugian finansial akibat tiket, penerbangan, dan akomodasi yang dibeli, penggemar tetap menunjukkan semangat positif dengan berkumpul, bernyanyi, dan bertukar gelang persahabatan sebagai bentuk dukungan.
Rencana Teror yang Digagalkan
Otoritas Austria mengungkapkan bahwa rencana serangan terhadap konser Taylor Swift di Wina terinspirasi oleh kelompok islamis, termasuk Al-Qaeda. Dalam penyelidikan, pihak berwenang menemukan bahan-bahan pembuatan bom di rumah salah satu tersangka. Penangkapan ini datang di tengah peringatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang peningkatan risiko serangan oleh ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), yang telah memperbaiki kemampuan keuangan dan logistiknya dalam enam bulan terakhir. Peringatan ini mencerminkan ancaman teroris terbesar terhadap Eropa saat ini.
Penangkapan dan Temuan
Dalam pengembangan kasus, pihak berwenang Austria menangkap tiga tersangka yang diduga terlibat dalam rencana serangan. Tersangka utama, seorang pria berusia 19 tahun, dilaporkan ingin meledakkan perangkat dekat lokasi konser. Dia memiliki bahan kimia berbahaya di rumahnya dan diketahui telah terpapar radikalisasi melalui internet. Tersangka kedua, seorang remaja berusia 17 tahun, diketahui memiliki materi terkait ISIS dan Al-Qaeda di rumahnya. Ketiga tersangka ini, termasuk seorang remaja berusia 15 tahun, ditangkap dengan bukti yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam rencana serangan tersebut.