C&R TV – Jepang kembali diguncang kecemasan setelah gempa berkekuatan 7,1 skala Richter yang melanda Prefektur Miyazaki pada Kamis, 8 Agustus lalu. Peristiwa ini memicu gelombang tsunami kecil dengan ketinggian 10 hingga 50 cm, namun dampaknya tidak berhenti di situ. Sehari setelah gempa tersebut, Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan potensi gempa besar atau megaquake yang diperkirakan dapat terjadi di Palung Nankai.
Warga Jepang, terutama di Tokyo, merespons peringatan ini dengan melakukan panic buying. Mereka berbondong-bondong membeli berbagai barang kebutuhan pokok, terutama air minum dalam kemasan. Supermarket di Tokyo bahkan memasang tulisan permintaan maaf kepada pelanggan atas kekurangan stok barang tertentu. “Kami meminta maaf atas kekurangan beberapa produk, termasuk air minum dalam kemasan. Penjualan akan kami batasi untuk sementara waktu,” demikian tertulis di salah satu supermarket.
Rakuten, salah satu situs berita dan e-commerce terbesar di Jepang, melaporkan bahwa barang-barang seperti toilet portable, makanan yang diawetkan, dan air minum dalam kemasan menjadi produk yang paling banyak dicari pada Sabtu, 10 Agustus. Fenomena panic buying ini tidak hanya terjadi di Tokyo, tetapi juga di berbagai toko di sepanjang garis pantai Pasifik, daerah yang diprediksi akan terdampak jika megaquake benar-benar terjadi.
Peringatan potensi gempa besar yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Jepang bukan tanpa alasan. Para ilmuwan Jepang telah lama memprediksi kemungkinan terjadinya gempa besar di Palung Nankai, yang memiliki potensi destruktif tinggi. “Kami harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa yang lebih besar. Ini bukan sekadar peringatan, tetapi upaya untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi kemungkinan terburuk,” ujar seorang peneliti dari Badan Meteorologi Jepang.
Di tengah situasi yang semakin menegangkan, otoritas di Jepang mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan panic buying yang berlebihan. Pemerintah berjanji akan terus memantau situasi dan memberikan informasi terkini kepada publik. Namun, bagi warga Jepang, peringatan ini menjadi pengingat akan ancaman yang terus mengintai di negeri yang dikenal sebagai ‘Tanah Gempa’.