Sejarah Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih: Simbol Keberanian dan Kesucian Bangsa Indonesia

Sejarah Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih: Simbol Keberanian dan Kesucian Bangsa Indonesia
Sejarah Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih: Simbol Keberanian dan Kesucian Bangsa Indonesia

C&R TV – Bendera Merah Putih, simbol yang menggetarkan hati setiap rakyat Indonesia, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa sejak proklamasi kemerdekaan. Setiap tanggal 17 Agustus, bendera ini berkibar megah di istana negara, tempat-tempat umum, hingga di depan rumah-rumah warga, mengingatkan kita akan perjuangan panjang yang membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Namun, bagaimana sebenarnya sejarah di balik bendera pusaka ini? Artikel ini mengungkap perjalanan panjang Sang Saka Merah Putih, dari masa kerajaan kuno hingga menjadi lambang nasional yang paling dihormati.

Jejak Awal di Zaman Kerajaan Kuno

Bacaan Lainnya

Sejarah Bendera Merah Putih tidak bisa dilepaskan dari akar budaya kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara. Jauh sebelum Indonesia modern terbentuk, warna merah dan putih sudah menjadi bagian dari simbolisme kerajaan-kerajaan besar di wilayah ini. Salah satu yang paling terkenal adalah Panji Kerajaan Majapahit yang memiliki sembilan garis merah dan putih. Panji ini bukan sekadar hiasan; ia menjadi lambang kekuatan dan kejayaan Majapahit yang pada masanya dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara.

Perjuangan Melawan Penjajah

Pada abad ke-19, warna merah putih kembali muncul dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pangeran Diponegoro, salah satu tokoh pahlawan nasional, menggunakan panji berwarna merah putih dalam perlawanan gigihnya melawan penjajah Belanda. Perlawanan Diponegoro bukan sekadar perang fisik, tetapi juga simbol perlawanan terhadap penjajahan dan perjuangan untuk mempertahankan martabat bangsa.

Momen Bersejarah Tahun 1944

Lompatan besar dalam sejarah Bendera Merah Putih terjadi pada tahun 1944, ketika Ibu Fatmawati, istri dari Ir. Soekarno, menjahit bendera yang kelak menjadi saksi bisu proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Fatmawati menggunakan kain katun Jepang berukuran 276 x 200 cm untuk membuat bendera ini. Dengan tangan sendiri, ia menjahit bendera yang akan menjadi lambang kemerdekaan bangsa Indonesia. Setahun kemudian, pada 17 Agustus 1945, bendera pusaka tersebut dikibarkan dengan penuh khidmat di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Pengibaran bendera ini dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud, mengukuhkan momen penting dalam sejarah bangsa.

Dari Pusaka ke Duplikat

Pengibaran Bendera Merah Putih terus dilakukan setiap peringatan kemerdekaan sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan para pahlawan. Namun, sejak tahun 1969, bendera pusaka asli yang dijahit oleh Fatmawati tidak lagi dikibarkan. Kondisi bendera yang sudah pudar dan rapuh membuatnya tidak lagi layak untuk digunakan. Sebagai gantinya, duplikat bendera terbuat dari sutra mulai digunakan untuk upacara-upacara resmi. Bendera pusaka asli kini disimpan di Monumen Nasional (Monas) sebagai salah satu artefak sejarah yang paling dihormati di Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *