C&R TV — Gelombang ledakan yang melibatkan walkie-talkies dan alat komunikasi lainnya mengguncang Lebanon, menewaskan setidaknya 14 orang dan melukai ratusan lainnya. Serangan ini merupakan bagian dari strategi baru yang diterapkan oleh Israel dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Hezbollah.
Pada hari kedua serangan, Israel menargetkan perangkat komunikasi milik Hezbollah, termasuk walkie-talkies, yang diledakkan secara bersamaan di berbagai lokasi. Ledakan ini terjadi pada saat penguburan korban serangan sebelumnya, menyebabkan kepanikan di kalangan kerumunan yang sedang berduka. Ledakan juga terjadi di gedung, kendaraan, dan area parkir rumah sakit, memperburuk keadaan dan menyebabkan sistem kesehatan Lebanon berada di ambang batas.
View this post on Instagram
Menanggapi serangan ini, Menteri Pertahanan Israel menyebut hasil serangan tersebut “sangat mengesankan” dan menyatakan bahwa “fase baru” dalam perang telah dimulai. Serangan ini menandai pelanggaran besar dalam keamanan Hezbollah dan merupakan penghinaan besar bagi organisasi tersebut. Kejadian ini dianggap sebagai “pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah Hezbollah.”
Menteri Kesehatan Lebanon mengkritik pelanggaran hukum internasional yang mengatur konflik, menekankan bahwa serangan ini tidak hanya mengancam keselamatan warga tetapi juga melumpuhkan layanan kesehatan. Meskipun serangan ini mungkin dimaksudkan untuk mematahkan semangat penduduk, Menteri Kesehatan berpendapat bahwa itu justru dapat memperkuat tekad mereka.
Penyelidikan menunjukkan bahwa perangkat komunikasi yang meledak kemungkinan telah dimodifikasi dengan bahan peledak di suatu tempat dalam rantai pasokan. Perangkat tersebut, yang sebelumnya diproduksi di Hongaria dengan lisensi dari perusahaan Taiwan, tampaknya telah dimodifikasi untuk tujuan serangan ini. Perusahaan Taiwan yang terlibat membantah keterlibatan mereka dan menyatakan bahwa mereka tidak memproduksi perangkat yang meledak.
Serangan ini menunjukkan bahwa Israel tidak hanya menargetkan pager tetapi juga perangkat komunikasi lainnya, mengindikasikan perubahan strategi dalam konflik dengan Hezbollah. Mantan kepala penelitian dan evaluasi Mossad menyebut serangan ini sebagai kombinasi dari intelijen canggih dan kemampuan operasional yang sangat presisi.
Di Lebanon, dampak dari serangan ini masih dirasakan, dengan ledakan yang terjadi di tengah kerumunan dan area-area penting lainnya. Hezbollah diharapkan akan memberikan respons resmi terhadap serangan ini, dengan pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, dijadwalkan untuk memberikan pernyataan tentang langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya.
Sementara itu, situasi di perbatasan dengan Israel tetap tegang, dengan laporan bahwa Israel mungkin mempertimbangkan opsi invasi ke Lebanon Selatan. Serangan ini menjadi sinyal bahwa Israel mungkin ingin mengubah status quo dan memaksa Hezbollah untuk mundur atau menghadapi konsekuensi yang lebih berat.