Budaya Memengaruhi Bentuk Halusinasi
Menariknya, dr Andreas menyebut bahwa bentuk halusinasi yang muncul saat ketindihan sangat dipengaruhi oleh budaya. “Misalnya, di Indonesia bisa muncul sosok seperti kuntilanak atau bayangan hitam. Tapi di negara lain, bisa berbeda bentuknya,” jelasnya.
Hal ini membuktikan bahwa pengalaman ketindihan sangat dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar dan sugesti budaya, bukan karena benar-benar ada entitas gaib.
Faktor utama penyebab terjadinya sleep paralysis adalah kurang tidur. Saat seseorang mengalami kelelahan ekstrem atau gangguan tidur kronis, batas antara sadar dan tidur menjadi kabur. Di situlah tumpang tindih gelombang otak bisa terjadi dan menyebabkan ketindihan.
“Biasanya ini terjadi karena kurang tidur yang parah. Jadi bukan karena hal mistis, tapi karena tubuh dan otak tidak sinkron,” tegas dr Andreas.
Ia pun menyarankan agar masyarakat tidak langsung mengaitkan pengalaman menyeramkan saat tidur dengan dunia gaib. Tidur cukup dan rutin adalah kunci mencegah kondisi ini terjadi.