Selain itu, ia juga merancang masjid Petrokimia Gresik, laboratorium penelitian kimia di Surabaya, hingga berbagai fasilitas publik lain di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Meskipun memiliki kontribusi besar, Harjono tetap merendah. Ia merasa tidak berbakat menjadi arsitek terkenal dan menyebut karyanya “biasa-biasa saja”.
Namun pengakuan publik berkata lain. Banyak pihak menilai Harjono sebagai sosok penting dalam sejarah arsitektur modern Indonesia, terlebih dengan latar belakang keluarganya yang sangat berpengaruh.
Setelah pensiun pada tahun 2005, Harjono tetap dikenang sebagai salah satu tokoh pendidikan dan pembangunan infrastruktur yang meninggalkan jejak kuat di bidangnya. Ia juga menjadi “bumper” antara mahasiswa dan pemerintah ketika menjabat sebagai rektor, menjaga agar kampus tetap kondusif di masa-masa sulit.
Kini, Harjono menikmati masa tua di tengah keluarga besarnya. Sorotan kembali tertuju padanya bukan hanya karena cucunya menikah, tetapi karena warisan keteladanan, integritas, dan kontribusinya terhadap bangsa—yang tak banyak diketahui publik sebelumnya.