C&R TV – Ketegangan di Timur Tengah semakin memanas, dengan Amerika Serikat menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut. Seruan ini dikeluarkan setelah insiden terbaru yang melibatkan pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran, yang memicu ancaman baru dan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Menurut laporan, Amerika Serikat menilai bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah tidak hanya akan merugikan semua pihak yang terlibat tetapi juga akan meningkatkan kekerasan dan ketidakamanan di kawasan tersebut. Dalam pernyataannya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Antony Blinken menekankan, “Eskalasi konflik bukanlah kepentingan siapa pun. Kami mendorong semua pihak untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meredakan ketegangan dan menghindari potensi konflik yang lebih besar.”
Pemerintah AS telah mengambil langkah-langkah diplomatik untuk mendesak Iran agar menahan diri dari tindakan provokatif. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan perang yang meluas, terutama di Gaza, yang bisa menyebar ke seluruh Timur Tengah. Meski demikian, hingga saat ini, pemerintah Israel belum mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan Haniyeh.
Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris telah diberi pengarahan oleh tim keamanan nasional mengenai situasi terkini di Timur Tengah. Pengarahan tersebut mencakup informasi tentang ancaman dari Iran terhadap Israel dan tentara Amerika Serikat, serta upaya-upaya untuk mencapai penyelesaian konflik secara damai.
Biden dalam pernyataannya mengatakan, “Kami berkomitmen untuk bekerja dengan semua mitra kami untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi diplomatik yang dapat menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan.”