Dalam dunia musik rock Indonesia, nama Hans Sinjal mungkin sudah tidak asing lagi. Sebagai vokalis dari band legendaris Grass Rock, Hans telah meninggalkan jejak yang mendalam sejak bergabung dengan band pada 2009. Namun, pada Agustus 2024, Hans mengambil langkah berani dan baru dalam kariernya dengan merilis single solo pertamanya, “Antagonis”. Lagu ini menjadi pintu masuk Hans ke dunia solo setelah lama bergelut di panggung musik bersama band.
Hans Sinjal tidak sendirian dalam perjalanan ini. Single “Antagonis” digarap oleh dua musisi berpengalaman: Benny Hadislani dan Andin KS. Benny adalah sosok di balik banyak lagu hits Indonesia, termasuk “Tak Bisa Hidup Tanpamu” dan “Natural” yang dipopulerkan oleh d’Masiv serta “Kekasih Tak Dianggap” oleh Pingkan Mambo. Selain itu, Andin KS, yang juga seorang arranger dan musisi kawakan, turut ambil bagian dalam mengaransemen lagu ini. Keduanya melihat potensi besar dalam suara khas Hans, yang mereka anggap cocok untuk membawakan lagu yang penuh emosi ini.
Dalam wawancara eksklusif dengan Hans, dia menyampaikan bahwa merilis single solo adalah mimpi yang sudah lama ia impikan. “Ini adalah impian saya sejak dulu. Ternyata impian saya terwujud di tahun ini,” kata Hans dengan penuh rasa syukur.
View this post on Instagram
Dinamika Kreatif di Balik “Antagonis”
Proses pembuatan “Antagonis” sebenarnya sudah dimulai sejak tahun lalu, tetapi baru pada Agustus 2024 lagu tersebut resmi dirilis ke publik. Proses kreatifnya tidak berlangsung dengan instan. Ketika Benny pertama kali bertemu dengan Hans, ia merasa bahwa lagu ciptaannya cocok dengan karakter suara Hans. Setelah itu, Benny mengajak Andin KS, teman lamanya dari band Vena dan mantan additional player band The Fly, untuk membantu dalam mengaransemen lagu tersebut. Dengan perpaduan modern rock yang kental, mereka berhasil menciptakan komposisi yang menyatukan energi musik era 2000-an dengan sentuhan emosional yang mendalam.
Lirik dari “Antagonis” bercerita tentang hubungan yang tidak dapat dilanjutkan karena salah satu pasangan berubah menjadi figur antagonis. Lagu ini menangkap perasaan putus asa dan kebingungan saat cinta yang dulu dirasakan berubah menjadi konflik dan ketegangan. “Lagu ini menjadi cerminan bagi banyak orang yang pernah berada dalam situasi serupa,” kata Hans.
Dari Jurnalis Menjadi Vokalis Rock
Hans Sinjal tidak langsung terjun ke dunia musik. Sebelum memutuskan untuk menjadi vokalis rock, ia sebenarnya memulai kariernya sebagai jurnalis. Namun, hasratnya terhadap musik membawanya ke jalur yang berbeda. Pada 2009, Hans bergabung dengan Grass Rock, sebuah band rock yang telah lama dikenal di skena musik Indonesia. Selama perjalanannya bersama Grass Rock, Hans mencatat sejumlah prestasi, termasuk album 3 To Rock yang dirilis pada 2016 dan mendapatkan nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk kategori Album Rock Terbaik. Pada tahun 2018, Grass Rock juga meraih nominasi AMI untuk kategori Rock Terbaik dengan single “Damai Indonesiaku”.
View this post on Instagram
Menariknya, transformasi Hans dari jurnalis menjadi vokalis rock bukanlah peralihan yang tiba-tiba. Dunia jurnalistik yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman mendalam tentang peristiwa ternyata turut membentuk pendekatan Hans terhadap musik. “Musik dan jurnalistik punya kesamaan, keduanya adalah cara untuk menyampaikan cerita. Perbedaannya, jika jurnalis bercerita melalui kata-kata tertulis, musisi bercerita lewat melodi dan lirik,” ujar Hans.
Kolaborasi dengan Musisi Berkelas
Kerja sama Hans dengan Benny Hadislani dan Andin KS adalah contoh nyata bagaimana musisi-musisi Indonesia dapat saling mendukung untuk menciptakan karya yang bermakna. Benny sendiri adalah musisi yang memiliki rekam jejak panjang dalam industri musik tanah air. Selain karya-karya besar yang telah ia buat untuk d’Masiv dan Pingkan Mambo, Benny juga telah menulis lagu untuk artis-artis besar lainnya seperti Ello, Dirly, Indra Bekti, Kertas, dan Aris.
Kolaborasi mereka di “Antagonis” menggabungkan keahlian masing-masing dalam menciptakan karya yang otentik dan kuat. Andin KS menambahkan sentuhan modern rock yang membuat lagu ini relevan dengan zaman, sementara Benny berhasil menghidupkan cerita dalam liriknya. Hans, di sisi lain, membawakan lagu ini dengan emosi yang mendalam, seolah-olah menceritakan kisah pribadinya sendiri.