C&R TV – Menjelang pendaftaran calon gubernur yang semakin dekat, dinamika politik di DKI Jakarta kian memanas. Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat yang karismatik, kini berada di pusaran diskusi penting setelah menerima permintaan resmi dari Partai Golkar untuk maju dalam Pilkada Jakarta.
Meskipun pengumuman resminya belum dikeluarkan, RK telah mengonfirmasi bahwa dirinya secara informal telah diminta untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta dari Golkar. Namun, masih ada beberapa faktor krusial yang sedang dipertimbangkan, termasuk pemilihan calon wakil gubernur yang akan diumumkan secara bersamaan.
Proses Panjang dan Kompleks
Dalam sebuah pertemuan dengan Ketua Umum Golkar, Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa proses pencalonannya masih dalam tahap informal. “Situasinya sangat pelik dan intens, terutama dengan semakin dekatnya tanggal pendaftaran,” ujarnya.
Hingga saat ini, koalisi partai-partai pendukung masih mendiskusikan beberapa nama untuk posisi calon wakil gubernur, yang harus disepakati sebelum pengumuman resmi. “Pengumuman harus berbarengan dengan terpilihnya calon wakil,” tambahnya.
Sementara itu, Golkar juga telah menetapkan dukungan untuk Kang Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur Jawa Barat, dengan beberapa nama dari internal Golkar yang dipertimbangkan untuk menjadi wakilnya. Nama-nama seperti Ginanjar, Ahmad Hidayat, dan Erwan Setiawan dari Sumedang, hingga Atalia Praratya, istri Kamil, disebut-sebut dalam diskusi internal partai.
Dilema
Pertanyaan mengenai potensi Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta atau tetap fokus di Jawa Barat terus menjadi topik hangat. Meskipun ia dianggap lebih cocok untuk bertarung di Jawa Barat mengingat bisnis dan pengaruhnya yang kuat di sana, permintaan resmi untuk maju di Jakarta telah mengubah dinamika politik.
“Saya otw ke Jakarta sebelah kanan, dan otw ke Bandung sebelah kiri,” ujar Kamil, menggambarkan posisi dilematisnya.
Ridwan Kamil, yang dikenal sebagai sosok religius dan dekat dengan ulama, memiliki rekam jejak yang kuat di Jawa Barat.
“Rakyat Jawa Barat bisa menerima kehadiran Pak Kamil,” katanya, menegaskan bahwa dirinya telah selesai dengan banyak aspek dalam hidupnya, dan siap untuk tantangan baru.
Koalisi dan Strategi Politik
Dalam hal pemilihan calon wakil gubernur, RK menegaskan bahwa hal tersebut adalah domain koalisi dan bukan keputusannya. “Domainnya itu perbincangan level koalisi, jadi kita enggak mau membahas lagi,” tegasnya.
Koalisi partai pendukung sedang dalam proses finalisasi nama calon wakil, dengan Golkar menyerahkan posisi tersebut kepada partai non-Golkar. Salah satu nama yang mencuat adalah Yusuf Hamka, pengusaha yang sebelumnya dianggap cocok untuk mendampingi Kamil di Jakarta, namun kini lebih dianggap sesuai untuk Jawa Barat.
Meski begitu, RK mengakui bahwa dirinya siap menghadapi siapapun yang menjadi lawan politiknya di Pilkada Jakarta.
“Saya waktu Walikota lawan delapan pasang, waktu Gubernur Jabar lawan empat pasang. Jakarta dengan siapapun, saya siap,” ujarnya dengan optimisme.
Baginya, menang atau kalah bukanlah akhir dari segalanya. “Kalau saya enggak kepilih, saya kan bukan pengangguran,” canda RK, menekankan bahwa dirinya memiliki banyak opsi lain dalam hidup, termasuk sebagai dosen dan pebisnis.
Potensi di Jakarta
Ketika ditanya mengenai peluang menang di Jakarta, Kamil tetap optimis. “Potensi menang kuat besar. Insyaallah Allah berikan takdir terbaik,” katanya.
Ia menegaskan bahwa dirinya akan mencintai Jakarta dengan segenap isinya, seperti yang ia lakukan di Bandung dan Jawa Barat.
RK menekankan pentingnya kompetisi yang sehat dalam Pilkada, dengan harapan bahwa akan ada lawan yang sepadan untuk memastikan debat publik yang berkualitas.
“Idealnya kalau bisa tidak kosong, biar bisa berdebat yang terbaik buat Jakarta,” pungkasnya.