C&R TV Bursa kripto terbesar di Indonesia, Indodax, baru-baru ini mengalami peretasan besar yang mengakibatkan kerugian diperkirakan mencapai IDR 282 miliar, setara dengan USD 18,2 juta. Peretasan ini dilaporkan pertama kali oleh perusahaan keamanan siber, Cyvers melalui akun X mereka pada 11 September 2024.
Menurut Cyvers, sistem mereka mendeteksi transaksi mencurigakan yang melibatkan dompet kripto di berbagai jaringan. Beberapa alamat yang terlibat dalam transaksi tersebut telah menampung USD 14,4 juta, dan token tersebut kemudian ditukar dengan Ether. Saat ini, situs web Indodax tidak dapat diakses.
View this post on Instagram
Dalam tanggapannya, Indodax menyatakan melalui akun Instagram resminya bahwa mereka sedang melakukan pemeliharaan sistem dan berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk menyelidiki insiden ini. Perusahaan tersebut memastikan bahwa dana nasabah, baik dalam bentuk Rupiah maupun kripto, tetap aman. CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengungkapkan, “Kami melakukan forensik keamanan siber pada seluruh database, perangkat lunak, dan server kami untuk memastikan sistem dapat kembali online tanpa risiko keamanan.”
Pakar keamanan siber, Pratama Persadha, menyoroti bahwa peretasan ini adalah bagian dari tren yang lebih besar dalam industri kripto. Persada mengungkapkan bahwa kejadian serupa telah menimpa beberapa platform kripto besar di seluruh dunia. “Peretasan platform kripto bukan hal baru. Pada tahun 2018, Coincheck di Tokyo mengalami peretasan yang mengakibatkan pencurian USD 530 juta,” katanya.