Permintaan Lemah dan Daya Beli yang Menurun
Inflasi yang rendah sering dianggap sebagai tanda stabilitas harga dan keberhasilan pengendalian ekonomi.
Namun, dalam kasus Indonesia, rendahnya inflasi mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, yang menjadi motor utama konsumsi domestik.
Sepanjang 2024, daya beli kelompok ini terus mengalami tekanan, yang berimbas pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Menurut data BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 4,91% pada kuartal pertama 2024, naik tipis menjadi 4,93% pada kuartal kedua, tetapi kembali turun ke 4,91% pada kuartal ketiga.
Angka-angka ini menunjukkan stagnasi yang mengkhawatirkan, terutama mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab penurunan daya beli kelas menengah adalah:
- Tidak adanya kenaikan pendapatan signifikan di tengah inflasi rendah.
- Beban utang yang semakin besar, baik dari sisi individu maupun rumah tangga.
- Tingginya harga kebutuhan pokok, meskipun harga pangan tertentu menunjukkan stabilitas.
- Ketidakpastian kebijakan ekonomi, seperti kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%, yang meskipun hanya berlaku untuk barang mewah, tetap menciptakan keresahan.