C&R TV — Tepat di sebuah hari cerah di West Palm Beach, Florida, Trump International Golf Club yang megah dan eksklusif menjadi saksi bisu upaya pembunuhan kedua terhadap mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Klub golf mewah ini, yang dikelilingi oleh pasir putih pantai Atlantik, menawarkan fasilitas kelas dunia, termasuk 27 lubang lapangan golf kejuaraan. Namun, pada hari yang tak terduga ini, ancaman serius mengintai di salah satu sudut terluar lapangan golf.
Trump sedang berada di lubang kelima, menikmati waktu santainya, tanpa menyadari bahwa seseorang telah menunggunya selama berjam-jam. Dari balik pagar rantai, sang pelaku—seorang pria bernama Ryan Wesley Ralph, 58 tahun—bersiap melancarkan serangan. Senapan semi-otomatis jenis SKS yang dia bawa telah diarahkan dengan cermat, dan momen yang ditunggu-tunggu kian mendekat.
Detik-Detik Menegangkan
Ketika Trump berdiri di lubang kelima, jaraknya dengan pelaku diperkirakan sekitar 300 hingga 500 yard, atau sekitar 200 hingga 457 meter. Jarak ini cukup jauh, namun tidak menjadi penghalang bagi penembak yang sudah mempersiapkan segalanya. Sementara itu, agen Secret Service yang bertugas mengamankan mantan presiden sedang berada di sekitar lubang keenam, bukan di lubang kelima seperti yang diharapkan.
Ryan Ralph tidak asal memilih tempat. Sebuah SUV hitam yang dia kendarai diparkir di lokasi yang jauh dari pandangan publik, memungkinkan dia bergerak tanpa mencurigakan. Setelah melakukan pemantauan selama 12 jam, dia menemukan titik terbaik untuk melancarkan serangan. Di tempat itulah dia bersiap, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang Trump, yang tanpa sadar sedang menuju bahaya.
Tembakan yang Gagal
Dalam animasi yang kemudian dibuat oleh penyelidik, terlihat bagaimana Trump berkendara di golf cart-nya, tak menyadari bahwa hidupnya berada di ujung tanduk. Tepat ketika Trump melangkah keluar dari mobil golf untuk memukul bola, agen Secret Service mulai menyadari ada sesuatu yang mencurigakan. Pada saat itulah, mereka melihat laras senapan muncul dari celah pagar rantai di bagian luar lapangan.
Jam menunjukkan pukul 1:28 siang ketika laras senapan itu terlihat. Hanya dalam beberapa menit, pelaku berusaha menarik pelatuk. Namun, berkat kecepatan respon Secret Service, pukul 1:30 siang, agen keamanan berhasil menembak pelaku sebelum dia sempat melepaskan tembakannya ke arah Trump.
Ralph, yang diidentifikasi sebagai pelaku, memiliki niat jauh lebih besar daripada sekadar membunuh mantan presiden. Tujuannya adalah menciptakan kegemparan nasional dan memecah belah rakyat Amerika, bahkan mungkin memicu perang saudara. Dalam upaya melarikan diri, Ralph meninggalkan senjatanya, tas berisi barang-barang, serta sebuah GoPro yang diduga digunakan untuk merekam seluruh kejadian. Namun pelariannya tak berlangsung lama.
Pengejaran dan Penangkapan
Setelah melepaskan tembakan, Ralph kabur dari lokasi dengan SUV hitamnya. Dia bergerak cepat melalui Kentucky Street di West Palm Beach, berusaha menjauh dari tempat kejadian. Namun, pihak berwenang dengan sigap melacak kendaraannya. Dalam waktu 30 menit, polisi berhasil mengidentifikasi posisi Ralph di Highway I-95. Dia ditangkap tanpa perlawanan lebih lanjut dan segera diamankan.
Penangkapan ini menunjukkan betapa terkoordinasinya kerja tim antara berbagai lembaga keamanan. Pengalaman Secret Service dalam melindungi mantan presiden diuji dalam insiden ini, dan mereka berhasil menghentikan upaya yang bisa berujung pada tragedi besar.
Pelajaran dari Kejadian Sebelumnya
Upaya pembunuhan ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Secret Service memiliki protokol ketat dalam menjaga keselamatan mantan presiden seperti Trump. Tim khusus mereka terdiri dari 20 hingga 30 agen, namun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada situasi. Dalam perimeter terdalam, tim terdekat dengan Trump terdiri dari sekitar 5 hingga 7 agen yang terlatih. Di luar itu, lapisan keamanan kedua diisi oleh agen Secret Service dan aparat kepolisian lokal, yang biasanya mengamankan area dengan kendaraan lapis baja yang siap digunakan kapan saja.
Namun, dalam upaya sebelumnya, tim pengamanan sempat kecolongan. Bangunan tempat penembak bersembunyi saat itu tidak masuk dalam penyisiran oleh Secret Service, menyebabkan celah keamanan yang fatal. Meski begitu, dalam insiden kali ini, mereka berhasil menangani ancaman dengan lebih baik.
Serangan yang Tak Terduga
Animasi yang dihasilkan oleh penyelidik menunjukkan bagaimana penembak menggunakan senapan semi-otomatis AR-15, menembakkan tiga peluru secara terkontrol. Peluru pertama menghantam telinga Trump, namun secara ajaib tidak menyebabkan luka fatal. Bahkan, peluru ini juga melukai dua orang penonton di tribun ketiga, salah satu di antaranya dalam kondisi kritis.
Peluru kedua mengenai sebuah traktor yang digunakan untuk menopang speaker di sekitar lapangan golf. Akibatnya, tuas hidrolik pada traktor tersebut pecah, hampir menjatuhkan speaker ke arah penonton. Selanjutnya, lima peluru tambahan ditembakkan, salah satunya mengenai seorang hadirin yang kemudian meninggal dunia. Tragedi ini membuat semua orang mempertanyakan kecepatan respon tim penembak Secret Service.
Hambatan dan Tantangan di Lapangan
Banyak yang mengkritik bahwa butuh waktu dua menit bagi tim penembak Secret Service untuk melumpuhkan pelaku. Namun, dari sudut pandang penembak jitu, tugas mereka tidak semudah yang dibayangkan. Tim penembak di bagian utara terhalang oleh pepohonan yang lebat, sementara tim di selatan memiliki pandangan yang lebih jelas. Meski begitu, jarak antara tim penembak selatan dan pelaku mencapai 600 hingga 700 kaki, membuat tembakan menjadi lebih sulit.
Kedua tim penembak menghadapi tantangan besar. Namun, berkat tembakan dari tim selatan, pelaku akhirnya berhasil dilumpuhkan. Tembakan tersebut mengenai kepala Ralph, mengakhiri ancamannya.
Evakuasi dan Keamanan Presiden
Setelah insiden, Trump segera dievakuasi dari lokasi dan dibawa ke Memorial Hospital di Butler, sekitar 11 mil jauhnya. Keamanan mantan presiden dijaga ketat hingga dia tiba di Trump Force One pada pukul 10:49 malam, memastikan dia aman sebelum meninggalkan Florida.
Insiden ini mengingatkan kita pada betapa besarnya tanggung jawab tim pengamanan presiden dalam melindungi tokoh penting negara. Mereka harus bergerak cepat, tepat, dan tanpa celah, bahkan ketika situasi berkembang dengan sangat cepat dan berbahaya.
Di balik semua kejadian ini, tetap ada satu pesan yang jelas: perlindungan terhadap pemimpin negara bukanlah tugas yang ringan, dan ancaman bisa datang kapan saja, dari arah yang tak terduga.