C&R TV Dalam sebuah pernyataan setelah kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A mengungkapkan pesan penting tentang komunikasi dan persatuan antarumat beragama. Imam menjelaskan bahwa hubungan saling mencintai dan berkomunikasi tidak hanya diperbolehkan, tetapi dianjurkan dalam ajaran Islam, mencerminkan teladan Nabi Muhammad SAW.
“Tidak ada larangan dalam agama kita untuk berkomunikasi, bersilaturahim, dan saling mencintai satu sama lain,” kata Nasaruddin Umar. “Nabi Muhammad SAW sendiri memiliki banyak sahabat dari kalangan non-Muslim. Kita harus mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam hal ini.”
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menekankan pentingnya simbol-simbol sebagai bentuk ekspresi cinta dan penghormatan. Seperti halnya mencium bendera merah putih sebagai simbol cinta tanah air, mencium Al-Quran menunjukkan kecintaan terhadap kitab suci, dan mencium orang tua adalah bentuk kasih sayang yang tulus. Menurut Nasaruddin Umar, “Kita mencium bendera merah putih sebagai simbol mencintai tanah air, bukan menyembah bendera itu sendiri. Ini adalah lambang kasih sayang antara satu sama lain.”
Lebih lanjut, Imam menjelaskan bahwa Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki akar teologis yang sama, diturunkan melalui nabi-nabi seperti Ibrahim, Isa, dan Musa. “Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki banyak kesamaan teologis, bahkan mungkin lebih banyak daripada perbedaannya. Perbedaan yang ada adalah hak masing-masing individu, tetapi tidak boleh menghalangi kita untuk saling mencintai,” tegas Nasaruddin Umar.
Imam juga mengutip ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa semua manusia dimuliakan oleh Allah. “Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah memuliakan anak cucu Adam, tanpa memandang agama, jenis kelamin, atau etnik. Ini adalah prinsip kemanusiaan yang harus kita junjung tinggi,” ujar Nasaruddin Umar.
Dengan harapan akan terciptanya masyarakat yang lebih harmonis, Imam menekankan pentingnya menghargai sesama, termasuk tamu non-Muslim. “Mari kita muliakan tamu kita, meskipun mereka bukan Muslim. Cinta dan penghargaan melahirkan produktivitas, sedangkan konflik hanya melahirkan korban,” tambahnya.
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A berharap bahwa pesan ini akan mendorong masyarakat Indonesia untuk mengedepankan rasa hormat dan cinta, sehingga mengurangi konflik dan peperangan yang merugikan banyak pihak.